Breath

breath1

 

qintazshk’s present

  Breath  

staring

Jessica Jung and Kim Jonghyun 

with

Kim Taeyeon and others 

PG-17 ||  oneshoot  ||  Romance/Real-Life ||  Poster by KISSMEDEER 

♥ leave your review for better fanfiction in the future from me ♥

already post in here and Soshi Stories blog 

Enjoy this fanfiction and create your imagination ^^ 

BREATH 

Langit yang sudah berubah warna menjadi gelap tak mengganggu aktivitasku yang sejak tadi duduk diam di depan jendela. Memandang langit yang perlahan dihiasi beribu bintang. Sekian kalinya aku menarik napas berat. Lagi, aku menopangkan daguku di tanganku yang sedang bersandar pada kusen jendela. Setelahnya, aku mencoba menutup mataku yang bengkak.

“tanggal 14 Februari nanti, kita rayakan valentine bersama. Otte?

suara namja yang terngiang di telingaku membuatku langsung membuka mata dan berdiri dengan tergesa-gesa. Aku memukul kepalaku berkali-kali. Berusaha menghilangkan suara yang tidak ingin aku dengar.

“kau membuatku gila, Jonghyun.”

 

BREATH

 

“Sica, kau yakin yakin mau tetap latihan? Tidurlah,” pelukan dari belakang di bahuku mengingatkanku akan pelukan seseorang. Detik berikutnya aku sadar bahwa yang memelukku bukanlah lelaki itu.

“aku ingin latihan. Kajja,” aku meraih jemari lentik Kwon Yuri –gadis yang baru saja memelukku-  menuju practice room. “matamu bengkak, Sica-ya.” Yuri menghentikan langkahku sebelum kami sempat masuk practice room.

“kau tahu kenapa aku begini, Yuri.”

“bicarakan dulu dengannya. Aku tak ingin melihatmu begini terus, Princess.” Yuri memelukku erat sebelum aku sempat menjatuhkan air mataku. “aku akan membiarkanmu latihan setelah bicara dengannya, Jessica. Arra?”

Aku memilih menjawab pertanyaannya dengan sebuah anggukan singkat lalu balas memeluknya. Yuri mengelus rambut panjangku dengan sangat lembut membuatku selalu teringat akan usapan Jonghyun padaku.

“jangan menangis lagi, Princess. Jjong ada disini.”

 

BREATH

 

chagi-ya!” aku membalikkan badanku lalu tersenyum masam saat tahu bahwa panggilan tadi bukan untukku. Yuri yang berada di sebelahku bukannya menoleh karena panggilan tadi untuknya. Ia malah kembali menggenggam tanganku.

Tiba-tiba sesosok Choi Minho berdiri tepat di belakang Yuri dengan kedua tangannya yang melingkari leher Yuri. Aku melihat Yuri tersenyum detik itu. Namun, ia langsung menunjukkan wajah tanpa ekspresinya membuatku yang tadi ingin tersenyum malah menjadi takut meliat tatapan Yuri.

noona, nanti mau ikut makan bersamaku dan Yul?” tawaran Minho –yang makin membuat Yuri memasang wajah datarnya- akan aku iyakan jika saja aku tidak melihat wajah Yuri tadi.

ani. Tidak usah, gomawo ajakannya.” Aku menepuk bahu Minho pelan lalu kembali menatap Yuri lagi.

chagi-ya, kau kenapa?” hatiku terasa hangat saat Minho menanyakan itu pada Yuri. Pertanyaan Minho tadi dikatakannya dengan sangat lembut dan penuh cinta. Membuatku langsung iri saat itu juga.

Alih-alih menjawab, Yuri malah melepaskan pelukan Minho di lehernya. kontan saja hal itu membuat Minho –yang terlihat jelas sedang menikmati pelukan itu- terkejut.

“kau darimana saja?” hatiku bagai ditusuk ribuan duri saat perkataan Yuri yang dengan dinginnya memasuki gendang telingaku. Otakku saat itu juga berusaha berpikir apa Yuri bercerita bahwa hari ini Minho melakukan hal aneh. Namun, nihil. Aku hanya ingat bahwa pasangan ini baik-baik saja sejak tadi.

Aku tahu bahwa Minho sama sakitnya denganku saat mendengar pertanyaan Yuri. Bahkan, aku yakin kalau Minho sudah siap menangis jika saja sekali lagi Yuri menanyakan hal yang sama pada namja itu.

“kau kan memintaku-aw!” teriak kesakitan Minho membuatku langsung mengalihkan pandanganku. Belum sempat aku bertanya apapun, mereka sudah pergi meninggalkan lorong gedung SMEntertainment menuju meeting room.

Aku mengambil handphoneku dari saku dengan maksud mencari pekerjaan agar aku tidak terlalu merasa kesepian. Bukannya merasa lebih baik, aku merasa lebih buruk sekarang. Fotoku saat bersama dengan Jonghyun masih tempampang di layarhandphoneku sebagai wallpaper.

noona!” suara bass Minho yang nyaring terdengar bersamaan dengan datangnya Minho dan Yuri. Yuri langsung mengamit lenganku dan berjalan tanpa menunggu Minho yang masih berjalan di belakangnya.

“jangan dengarkan apapun kata Minho padamu, Sica. Jangan pernah,” ketegasan suara Yuri membuatku mengangguk lalu berbalik menatap Minho. Bukannya cemberut atau apapun, Minho malah tersenyum lebar seolah ia tak punya salah.

“memangnya kenapa?”

“dia cemburu, noona.” Aku menengok pada Minho yang sudah berdiri di samping Yuri. Minho mengalungkan lengannya di bahu Yuri dengan senyuman lebar di bibirnya. “siapa juga?!” teriakan Yuri membuatku langsung melepaskan kaitan tanganku dengannya. Membiarkan mereka bicara berdua.

“mengaku saja, noona.”

“ya! Jangan panggil aku noona jika kita hanya sedang berdua.” Yuri mempoutkan bibirnya kesal. “tapi disini ada Jessica noona, sayang.” Aku terkikik saat itu juga. Pertama kalinya semenjak Minho dan Yuri menjalin hubungan, aku mendengar  Minho memanggil Yuri dengan sebutan ‘sayang’ di depanku.

Aku dapat melihat pipi Yuri bersemu merah setelah mendengar perkataan Minho. “bagaimana rasanya dipanggil sayang di depan Jessica noona,sayang?” Yuri menyikut perut Minho setelah ucapannya tadi. “berhentilah memanggilku sayang, Minho. Itu menggelikan,” bahu Yuri bergidik saat mengucapkan kata itu.

“tapi, kau senang dipanggil sayang,kan? Mengaku,” Minho mengalungkan lagi kedua lengannya di leher Yuri. Kali ini, tindakannya membuat Yuri tersenyum senang. Mau tak mau aku pun ikut tersenyum saat melihat pasangan paling romantis ini.

“Jonghyun hyung mana noona?”

Aku merasa bibirku seperti ditarik kuat oleh gaya gravitasi bumi. Aku mengalihkan pandanganku lurus kedepan dan mencoba untuk tertarik pada pintu lift yang ada di depanku.

Mana Jonghyun? Kau menanyakan hal bodoh itu padaku, Minho-ya?

“kajja, kita pergi sekarang!” Yuri menarik badanku serta badan Minho dengan cara mengamit lengan kami dan dengan langkah panjang melangkah menuju lift.

“valentine nanti, kira rayakan dengan memakan cake kesukaanmu, chagi-ya.”

 

 BREATH

 

“Jessica!” panggilan seorang namja lantas membuatku yang tadinya tertunduk langsung mengangkat kepalaku. Belum sempat melihat wajah ‘si pemanggil’ tadi, aku sudah dikejutkan oleh pelukan erat di bahuku ari elakang.

“surprise, chagi-ya!” teriakan riang di belakangku membuatku membalas pelukan itu dengan riang. Bahkan mataku sudah sangat menyipit saking lebarnya aku tersenyum.

“kemana saja, huh?” pria tadi melepaskan pelukannya lalu duduk di sebelahku dengan jarak yang sangat dekat. Aku dapat merasakan elusan lembut tangannya di kepalaku. Tangan yang satunya lagi sibuk mengambil gelas yang ada di meja.

“habis latihan dengan Taeyeon noona. Melelahkan,” ia meneguk habis orange juiceyang ada di gelasku. Tanpa menyisakan sedikit pun untukku.

“ya, aku tahu.”

hyung, kapan lagu itu rilis?” Jonghyun menaruh gelas lalu menatap Minho. “albumnya liris tanggal 10 bulan ini. Waah, kau tahu rasanya berduet dengan Taeyeon noona?” mata Jonghyun kala itu bersinar. Sinar matanya menyiratkan bahwa ia benar-benar senang dengan apa yang terjadi.

“um, Sica, Jonghyun. Aku dan Minho pergi dulu. kita ketemu nanti di dorm, ya?” aku mengalihkan pandanganku pada Yuri dan Minho yang sudah bersiap dengan tas mereka yang tersampir di bahu.

“mau kemana?”

“jalan-jalan. Hyung baik-baik ya,” Minho berdiri lalu menepuk pundak Jonghyun saat ia sudah sampai di samping Jonghyun. Yuri melambaikan tangannya padaku lalu pergi.

chagi, hari ini mau jalan-jalan, tidak? Atau kita nonton film di bioskop?” Jonghyun meraih tanganku lalu menggenggamnya. Aku harus bicarakan hal ini dengannya.

“bisa kita hanya bicara disini, chagi?” Jonghyun menatapku bingung lalu menurunkan tangannya. Ia lalu duduk tegak sambil melihat ke depan. Entah apa objek yang ditatapnya.

“baiklah,”

 

BREATH

 

Jessica, kau darimana saja?” aku menatap malas Taeyeon yang berdiri di depan pintu kamarku dengan wajah khawatir. “apa kau harus tahu?” raut wajahnya saat itu juga berubah.

“apa maksudmu? Aku mengkhawatirkanmu, Sica-ah,” Taeyeon mendekatiku seakan hendak memelukku. Saat itu juga aku mundur, menghindari kontak langsung dengannya.

“nikmati saja waktumu dengan Jonghyun,” aku berjalan melewati Taeyeon yang berdiri terpaku di tempatnya. Belum lama aku berjalan, aku merasakan tanganku ditahan oleh seseorang.

“apa maksudmu?”

“masih bertanya? Aku tahu apa yang kau lakukan dengan Jonghyun, Taeng,” Taeyeon melepaskan tangannya lalu menatap lantai. “tidak perlu repot-repot berpikir darimana aku tahu. Jonghyun yang memberitahuku.”

Aku melangkah lagi menuju kamarku tanpa menatapnya lagi.

“ini bukan seperti yang kau pikirkan, Sica. Percayalah,”

“iya, aku percaya. Itu hanya untuk profesionalitas saja, kan?” tanyaku sarkatik padanya. “Jessica! Percayalah itu hanya kecelakaan!” aku sudah sepenuhnya berbalik saat mendengarnya berkata seperti itu. Kulihat beberapa member menghampiri kami karena teriakan Taeyeon tadi.

“kecelakaan?! Kau bilang ciumanmu dengan Jonghyun itu hanya kecelakaan?!” aku sudah mengepalkan tanganku kuat-kuat. Siap memukul apapun jika memang diperlukan.

“i-itu memang benar kecelakaan. Aku bisa menjelaskan-“

“tidak ada yang perlu dijelaskan, sayang.” Ucapku dingin lalu menghampiri Taeyeon lebih dekat. “ kau masih belum tahu? Itu semua sudah dirancang, Taeyeon!” aku menghembuskan napas kuat-kuat setelah ucapanku tadi. Taeyeon langsung diam dan hanya matanya yang berbicara.

“SM, Entertainment  kita yang merencanakan semuanya. Pertemuanmu dengan Jjong. Rincian tempat kalian akan berciuman. Bartender yang sudah sengaja disewa untuk menyenggolmu. Itu semua sudah dirancang. Bukan semata-mata kecelakaan, Taeng.”

Aku menjauhkan badanku dari Taeyeon karena aku merasa emosiku sudah berada di puncak. Aku tidak ingin memukulnya atau siapapun.

ji-jinja?” ucapan terbata Taeyeon membuatku ingin pergi dari situ. Tiffany dan Sooyoung sudah memeluk Taeyeon karena Taeyeon sudah menangis.

Saat aku berbalik. Yuri dan Yoona menghalangiku untuk pergi.

“selesaikan dulu, Sica-ah.” Yuri menepuk pundakku pelan dan membalikku untuk kembali menghadap Taeyeon dengan bantuan Yoona. Aku memejamkan mataku. Menahan airmata yang ingin keluar lalu menghembuskan napas berkali-kali.

“aku melihat langsung adegan itu di depan mataku, Taeyeon-ah. Namun aku langsung pergi. Aku bingung saat itu.”

manager nya tidak sengaja mengungkit hal itu dan akhirnya Jonghyun tahu yang sebenarnya. Namun, sayangnya ia tidak ingin repot- repot menghancurkan rencana SM yang sudah berhasil membuat chemistry di antara kalian. Selamat.”

Lagi, aku berbalik hendak meninggalkan Taeyeon dan member lainnya.

mian. Mianhae, Sica-ah. Jangan membenciku,”

“aku tidak membencimu, Taeng. Untuk sementara,” aku terdiam sebentar karena air mataku sudah akan jatuh jika saja aku berbicara lagi. “ biarkan aku sendiri.” Aku menjatuhkan air mataku yang sudah menumpuk tadi. Tetes demi tetes mengalir di pipiku.

“apa maksudmu, Sica?” pertanyaan Tiffany membuatku bingung apa yang harus kulakukan sekarang. Baiklah.

“jangan pernah buat interaksi ataupun moment di panggung maupun di hadapanfans. Lakukan ini sampai selesai masa promote SM The Ballad.” Aku berjalan lagi menuju kamarku. Namun, lagi-lagi tanganku ditahan oleh seseorang.

“bagaimana bisa hal itu terjadi, unnie?” Yoona mengernyitkan dahinya bingung.

“apa yang tidak bisa dilakukan oleh agensi kita, Yoona? Bahkan, saat kau tidak punya hubungan apapun dengan Seung Gi oppa, agensi kita malah menyebarkan  berita bahwa kalian sudah pacaran. kau percaya ada yang tidak bisa dilakukan oleh agensi kita?” aku menghempaskan tangan Yoona kasar lalu kembali berjalan.

Mianhae. Sekali lagi, Mianhae.

aku mencintaimu, chagi-ya.

 

BREATH

 

ireona, chagi-ya.” Aku mengerjapkan mataku berkali-kalli saat suara namjamemasuki pendengaranku. Sinar matahari yang menyilaukan menghalangi pandanganku yang masih mengabur.

ppali ireona, chagi-ya,” kali ini aku mencoba untuk membalikkan tubuhku. Aku langsung membelakkan mataku saat menyadari ada tangan yang memeluk pinggangku saat aku berbalik.

“J-Jong? Kenapa kau disini?” aku mencoba menjauhkan diriku dari jarak yang tak tercipta sebelumnya. “hem? Ini rumah kita, chagi. Kenapa kau bisa lupa?” Jonghyun mengelus rambutku dengan sangat lembut. Detik berikutnya aku sadar bahwa ini memang rumah kami.

“Sica-yah, kau kapan ingin mengumumkan pernikahan kita?”

“hah? Kita masih belum menikah, Jong. Apa maksudmu?” aku melepas pelukan Jonghyun lalu bergegas bangkit dari kasur. Aku mengambil ikat rambut yang ada di meja samping kasur lalu mengikat rambutku tinggi-tinggi.

Aku merasakan pelukan hangat oleh tangan kekar dari belakangku. Wajah Jonghyun bersandar di bahuku dan aku dapat merasakan wangi tubuhnya yang maskulin. Aku menaruh tanganku diatas tangannya yang memeluk perutku. Aku bergidik pelan saat Jonghyun menghembuskan napasnya di sekitar tengukku.

“J-Jong, aku mau mandi.” aku melepaskan kaitan tangannya di perutku lalu mencoba melangkahkan kakiku. Belum sempat aku berjalan, tanganku ditarik oleh Jonghyun. Ia menempelkan badannya denganku lalu mengecup bibirku.

Lengannya memeluk pinggangku dan yang satunya lagi menahan kepalaku. Aku mengalungkan lenganku di lehernya lalu mulai meresapi ciumannya. Hisapan bibirnya membuatku membalasnya. Jonghyun menyapu seluruh permukaan bibirku dengan hisapan bibirnya.

Selanjutnya, ia menghisap kuat bibirku dan mengunci seluruh bibirku. Hisapannya memintaku untuk membuka bibirku. Aku membuka bibirku dengan cepat dan saat itu juga Jonghyun menarik lidahku dengan lidahnya. Hisapannya semakin dalam seiring dengan eratnya pelukan Jonghyun di pinggangku. Ia mempersempit jarak antara aku dengannya. Tangan yang satunya digunakannya untuk mengelus pipiku dengan lembut. Aku menarik satu tanganku dari lehernya lalu beralih ke wajahnya. Jonghyun menggigit bibirku pelan membuatku mengerang pelan.

“ah-“

hyung! Noona! Eodiga?!” teriakan seorang namja dari luar pintu kamarku membuatku langsung melepaskan ciumanku dengan Jonghyun. Mata kami yang semula terpejam perlahan membuka karena sadar telah kehilangan momen tadi.

Ia menggenggam tanganku yang ada di pipinya tadi lalu mengecupnya. Tangan yang satunya mengelus rambutku lembut.

“jangan marah pada Taeyeon, ya?” seharusnya, permintaannya dengan senyum terhias di bibirnya membuatku langsung mengabulkannya. Untuk pertama kalinya aku tak ingin memenuhi keinginannya.

“apa maksudmu? Siapa yang bilang aku marah padanya?”

“ti-tidak-“

“kenapa? Kau ingin menutupi hubunganmu dengan Taeyeon?” tanyaku sarkatik pada Jonghyun. Ia mengernyitkan dahinya bingung lalu melepas genggaman tangannya.

mwo? Apa maksudmu, chagi-“ aku menaruh telunjukku tepat di bibirnya. “jangan panggil aku chagi, Jonghyun. Apa yang kau lakukan dengan Taeyeon?” aku menarik tanganku dari bibirnya lalu mundur perlahan menjauhinya.

“aku tidak melakukan apapun, chagi.

“kau pikir aku tidak tahu kalau Taeyeon cerita padamu tentang apa yang aku lakukan padanya?” Jonghyun menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Saat ia mundur, aku mengimbangi langkahnya dengan bergerak mundur.

“aku akan adil untuk kalian. Jangan buat interaksi apapun denganku sampai masa promosi SM The Ballad selesai.” Aku berjalan cepat menuju pintu lalu keluar dari kamarku dan Jonghyun. Perlahan, air mataku jatuh membasahi pipiku.

Bagaimana bisa aku tidak berinteraksi dengan kalian berdua sedangkan kalian adalah orang yang aku sayangi? Apa aku egois?

“Jessica?” dengan kilat aku menghapus air mataku lalu mengangkat kepalaku. Aku langsung berlari memeluk Yuri setelah aku tahu bahwa orang yang tadi datang adalah Yuri dan Minho.

“lihat Jonghyun.” Aku dapat mendengar Yuri berbisik pada Minho. Setelah itu, terdengar pintu kamarku yang terbuka lalu menutup kemali.

“aku tidak bisa, Yuri. Aku tidak sanggup,”

 

BREATH

 

unnie, Jonghyun oppa menelepon tadi.”  Dengan malas aku menaruh mangkuk nasiku lalu berjalan keluar dari ruang makan. “Sica! Chakkaman!” seseorang menahan tanganku membuatku berbalik.

mwo? Ya!-“ aku berteriak kencang saat orang yang menarikku tadi menarikku menuju kamar yang aku ingat adalah kamar Yuri dan Yoona. orang itu menutup pintu kamar lalu menguncinya.

“Sica, kalau kau tidak sanggup tidak berhubungan dengan Jonghyun, hubungi dia.”

“bukan begitu, Yuri-ah. Ini belum saatnya.” Sebuah jitakan mendarat di kepalaku membuatku meringis pelan. “appo, Yuri. Jangan menjitakku!”

“apa maksudmu dengan bukan saatnya? Masa promosi SM The Ballad sudah selesai, Sica. Pikirkan hatimu! Kau bertingkah seolah-olah kau berpikir dengan otakmu tapi tidak.”

“ya, ya! Apa maksudmu?”

“kalau aku jadi kau, aku akan mengontak Jonghyun saat aku merasa bahwa aku sudah baik. Jangan pikirkan lagi masalah Jonghyun dengan Taeyeon.” Yuri meremas bahuku pelan dengan raut ketegasan di wajahnya.

“lalu, sekarang bagaimana?”  lagi, jitakan keras dari tangan Yuri mengenai kepalaku. Aku memegangi bagian kepalaku yang baru saja dijitaknya lalu mengusapnya pelan.

kajja, ikut aku!”

 

BREATH

 

“Yuri-ya, apa maksudmu?” kesalku pada Yuri yang tadi menarikku menuju taman dekat dorm kami tanpa seijinku lebih dulu. “memangnya kenapa? Sudah diam saja.”Harusnya aku yang mengomel padanya kenapa malah dia yang mengomel padaku?

“aku yang memintanya membawamu kemari, Sica-ah.”

J-Jonghyun?

aku pergi,ya,” dengan riangnya, Yuri berjalan meninggalkan aku dan Jonghyun di taman dekat dorm kami. Aku berniat untuk pergi jika saja tangan Jonghyun tidak menarik tanganku.

“mau kemana, chagi-ya?

“aku sudah bilang padamu, Jonghyun-ssi. Jangan memanggilku chagijika kau maish berhubungan dengan Taeyeon. Bagian mana yang kau tidak mengerti, Jonghyun-ssi ? apa perlu kuulang?” tanyaku sarkatik pada Jonghyun yang membuatnya melepaskan tanganku.

“aku tidak memunyai hubungan seperti yang kau maksudkan dengan Taeyeon noona, Sica. Kami hanya harus…”

“harus apa? Harus bersikap layaknya pasangan di depan kamera selama acara kalian? Aku tahu itu, Jonghyun.” aku berbalik dari arahnya. Berpura-pura tertarik melihat mobil ice cream di seberang jalan.

“kau kan mengerti kalau Taeyeon noona,

“iya, aku tahu. Maka dari itu, aku khawatir kalau kau terus bersamanya, Jonghyun. Taeyeon hampir frustasi karna ia tidak bisa menemani Leeteuk oppa saat memakamkan jenazah ayahnya.” Aku terdiam sejenak saat merasakan suaraku terdengar parau menahan air mata.

Sejenak, aku teringat akan berita yang mengabarkan meninggalnya appa Leeteukoppa. Hari itu juga, Taeyeon menangis tanpa henti mendengar kabar itu. Hal itu juga membuatnya tak bisa berbuat apa-apa untuk Leeteuk oppa karna banyaknya kamera di rumah oppa.

Aku tahu betapa sakitnya hati Taeyeon. Aku tahu.

“Aku tahu betapa sakitnya hati Taeyeon saat dia melihat Leeteuk oppa menangis tanpa ia bisa berbuat apapun. Bukan berarti aku tidak ingin melihatnya tersenyum, aku hanya tak ingin ia seolah melihat seorang Leeteuk oppa dalam dirimu.”

Air mataku jatuh begitu saja setelah kalimat itu terucap. Tak lama, ibu jari Jonghyun mengusap pelan pipiku. Menghilangkan jejak air mata yang sudah mengalir deras tadi. Tangan kiri Jonghyun meraih bahuku lalu membwaku dalam pelukan hangatnya.

“mianhae, chagi. Aku tahu aku salah sudah terlalu focus pada Taeyeon noona, yang sekilas membuatku lupa akan yeoja yang aku cintai. Mian, kita tidak merayakan valentine bersama,”

Tangan Jonghyun meraih bahuku lalu mengusapnya perlahan. Tangan satunya lagi membelai rambutku yang panjang. Dan aku bisa merasakan kasih sayang yang besar pada setiap usapannya. Aku mengalungkan tanganku pada lehernya, membalas pelukannya.

“kembalilah padaku, Sica-ya.

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku mendengar ajakan Jonghyun. Aku akui memang ini yang aku ingin dengar darimu, Jjong.

“kalau begitu kita rayakan  valentine kita sekarang!”

 

BREATH

 

Lampu-lampu sudah menerangi stage. Sorak-sorai dari fans pun bergemuruh dari kursi penonton. Aku tersenyum senang saat melihat member-member yang lain sedang bersiap di backstage. Dengan langkah lebar aku menghampiri memberku lalu memeluk salah satu darinya dengan girang.

“Taeng, hari ini kita comeback moment, ya?”

Taeyeon melepaskan pelukanku di bahunya dengan cepat lalu memandangku dengan tatapan tidak percaya. Matanya yang kecil itu membulat dan mulutnya terbuka lebar.

“ayolah, kita sudah membicarakan ini kemarin, Tae. Otte?”

Tanpa diduga, aku mendapatkan pelukan erat dari Taeyeon. Tangannya menepuk-nepuk pundak dan punggungku. “gomawo, Sica-ah. “ aku balas mengangguk singkat tanpa melepaskan senyumku sedikitpun.

“kau akan mendapatkan kejutan lagi hari ini, Taeng.”

 

 BREATH

Leave a comment